Wawancara Eksklusif CJS, Direktur IPI, Suwadi Idris Amir: Menanti Pendulum Politik Sulsel Bergerak

Gazali - News
16 June 2024 20:16
Suwadi Idris Amir di Studio CJS

"Kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan (Sulsel) 2024 tersisa beberapa bulan lagi. Kandidat bakal calon (balon) gubernur dan wakil gubernur mulai mengerucut ke beberapa figur. Partai politik (Parpol) pun telah melakukan penjaringan dan beberapa telah mengeluarkan surat rekomendasi penugasan untuk beberapa tokoh politik yang santer disebut sebagai calon pontensial. 

 

Dengan semakin dekatnya perhelatan demokrasi tersebut, beberapa lembaga survei juga telah melakukan kegiatan untuk memetakan dan memotret peta kekuatan para kandidat yang dinilai punya tingkat keterpilihan (elektabilitas) tinggi. Salah satunya adalah lembaga survei Indeks Politica Indonesia (IPI). 

 

IPI merupakan lembaga Penelitian dan konsultan independen yang bergerak di bidang Research dan Political Consultant yang didirikan dan dikomandangi oleh Suwadi Idris Amir (Suwadi). Media utamanya pada perilaku politik. Selama ini PT. IPI  telah banyak melakukan survei pemetaaan politik di berbagai daerah di Indonesia serta telah berpengalaman memenangkan Pilkada baik di sulsel maupun di luar sulsel, Berdiri sejak tahun 2007, berdiri atas inisiatif para peneliti senior & Konsultan politik.

 

Lalu bagaimana IPI memetakan peluang para bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sulsel? Dalam dua kali survei yang dilakukan IPI, terpotret berbagai hal terkait kecenderungan elektoral para pemilih di Pilgub Sulsel". 

 

Berikut petikan wawancara eksklusif Catatan Jurnalis Sukriansyah (CJS) besama Suwadi Idris Amir yang dipandu jurnalis senior (host) Andi Anita Anggriany Amier: 

 

Host: Selamat pagi Pak Suwadi, terima kasih atas waktunya..Sebelumnya, mungkin Sahabat Uki ingin tahu apa profile lembaga survei IPI, apa yang telah dilakukan dan akan dilakukan? 

 

Suwadi: Alhamdullah, terima kasih atas undangannya ke CJS, kalau kita tarik ke belakang, PT IPI ini berrdiri sejak tahun 2007. Namun eksis secara mandiri itu di 2010. Karena sewaktu 2007, saya juga masih aktif di lembaga-lembaga survei di Jakarta. Selama 2010 ini kita sudah aktif beberapa provinsi khususnya di KTI. Nah ada perlu dipahami publik bahwa lembaga survei belum tentu konsultan politik, tapi konsultan politik pastilah lembaga survei. 

 

Host: Baru-baru ini IPI merilis survei terbaru Pilgub Sulsel 2024 sekaligus melakukan simulasi paslon. Di survei itu, terpotret Andi Sudirman Sulaiman memiliki elektabilitas tertinggi dan disimulasi paslon pun demikian, bisa dijelaskan pak? 

 

Suwadi: Benar baru-baru ini kami merilis hasil survei, dan sebenarnya dalam dua bulan ini kita telah melakukan 2 kali survei.  Dan ternyata survei yang baru kita rilis, tidak berbeda jauh dengan survei sebelumnya. Andi Sudirman ini masih tetap kokoh sebagai figur dengan elektabilitas teratas. Ini saya jelaskan bahwa kemarin kan pasangan Pak Andi Sudirman ini sudah mengerucut ke Andi Fatmawati Rusdi. Tapi figur yang lain kan belum dan kita juga masih meraba-raba apakah memang serius maju atau tidak. Tapi bayangan tentang figur-figur mana yang muncul dan bertarung sudah mulai terprediksi. Misallnya Pak Danny lebih sreg dengan Ibu Indah. Juga Pak IAS terlihat mendekati  Andi Bau Sawa sedang Andi Iwan Aras mengejar Adnan. Makanya dari rujukan itu kita buat simulasi. 

 

Dalam simulasi 4 paslon, Andi Sudirman-Fatmawati masih teratas dan bermain di angka 37 hingga 39 persen. Nah kalau kita perkecil lagi menjadi 3 pasang, Andi Sudirman masih tertinggi antara 38 hingga 40 persen. Dengan human error 3,8 persen. Kalau diperkecil lagi menjadi hanya 2 paslon, maka Andi Sudirman berada di angka 56 hingga 59 persen. Maka seandainya Pilgub ini berlangsung head to head, maka siapa pun paslon yang menjadi lawan Andi Sudirman, dia tetap di atas 54 persen. 

 

Tapi yang perlu digarisbawahi bahwa ini merupakan data sementara. Artinya kita masih menunggu dan melihat gerakan-gerakan kandidat lain. Hingga saat ini, yang memang serius untuk maju adalah Pak Danny dan Pak IAS. Yang kita tunggu adalah kendaraan partai apa dan siapa pasangan yang bakal mendampinginya. 

 

Kita juga menunggu, apakah Pak Andi Sudirman dan Ibu Fatma ini hanya mengandalkan partai NasDem dan PAN atau masih ada partai lain yang merapat. 

 

Yang perlu juga kita tunggu bagaimana manuver Pak Andi Amran Sulaiman sebagai mentor Pak Andi Sudirman, apakah mau bertarung head to head atau tidak. Ini bisa terjadi kalau Pak Andi Amran memutuskan mengambil banyak kendaraan partai. Kalau bertahan hanya di 2 atau 3 partai maka di pilgub ini bisa 3 pasang. Jadi dalam kalkulasi saya paling banyak adalah 3 paslon, kalau 4 berat. 

 

Host: Apa sebenarnya signifikasi dari hasil suatu survei, apakah memang bisa mempengaruh perilaku pemilih atau bagaimana?

 

Suwadi: Sebernanya, survei itu merupakan kebutuhan para kandidat itu sendiri atau partai politik untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan kita maupun kekuatan dan kelemahan lawan. Juga ingin mengetahui isu-isu apa yang berkembang di suatu kabupaten atau masyarakat sebagai bahan olahan data untuk membentuk strategi. Namun yang paling utama mengetahui tingkat keterpilihan atau elektabilitas kandidat. 

 

Host: Kembali kehasil survei yang baru ini, ada berapa tokoh yang menjadi sorotan masyarakat? 

 

Suwadi: Kemarin itu kita kasih mengerucut ke 10 nama. Sebelumnya dalam survei lalu kita mensurvei 20 nama. Namun sejalan waktu, kita makin melihat keseriusan bakal calon lain dan kita sampai ke 10 nama ini. Lalu yang mengerucut menjadi 01 hanya 4 nama yakni, Andi Sudirman, IAS, Danny Pomanto dan Andi Iwan. Selebihnya itu mengerucut potennsinya sebagai wakil. 

Baca juga:
Meski Di Puncak Klasemen, Pieter Huistra Pastikan Borneo FC Tidak Santai

 

Host: Selain Andi Sudirman dan Fatmawati, siapa lagi figur yang kelihatan menonjol dan sudah bergerak secara sistematis?

 

Suwadi: Selain Andi Sudirman, Danny Pomanto yang terlihat menonjol dalam gerakan politiknya. Namun kalau kita berbicara tentang pesaing. Dalam survei kita melihat IAS sebagai pesaing utama. Itu kalau IAS berpasangan dengan Adnan. Namun ketika mereka tidak berpasangan, surveinya rendah. Jadi memang Adnan ini menjadi calon wakil yang kuat. Namun Indah juga bagus. Namun yang paling serius mengejar partai itu Pak Danny dan Pak IAS. 

 

Kalau kita melihat dari sisi kekuatan partai, maka ada ada 3 partai yang bisa menjadi magnet koalisi yakni  NasDem, Golkar dan Gerindra. Nah kalau NasDem kan sudah, tersisa 2 partai ini 

 

Host: Bagaimana dengan kecenderungan pemilih, dalam survei bapak kecenderungan pemilih Andi Sudirman itu ada pada pemilih mana? 

 

Suwadi: Kita harus pahami bahwa Andi Sudirman itu petahana. Artinya sedikit banyaknya dia sudah melakukan kerja-kerja politik, kerja sosial. Jadi sudah ada sesuatu yang bisa dinilai. Fatmawati juga wakil walikota yang maju ke DPR RI. 

 

Kalau bicara karakter pemilih saya lihat banyak bertumpu pada pemilih milenial. Pemilih ini sangat besar, sekitar 1 juta lebih atau 30 sampai 36 persen dari total pemilih. Kemudian kelompok petani karena pengaruh dari Pak Amran Sulaiman selaku Mentan. Ketiga, Andi Sudirman kan dikenal sebagai agamis sehingga menarik kelompok agamis untuk memilih dia. Juga dikenal sebagai figur yang bersih. Walau memang juga memiliki resistensi, namun hingga kita dampaknya belum signifikan. Namun yang pasti bagaimana strategi yang dijalankan bersama timnya. Itu yang menentukan. 

 

Host: Apakan nanti akan melakukan survei lagi?

 

Suwadi: Iya, pasti. Kita akan turun 4 sampai 5 kali sampai hari H. Kenapa karena memang harus begitu, kalau kita punya kekuatan modal untuk itu harus dilakukan terus. Karena kita harus memantau pergerakan data itu minimal sekali sebulan. Karena kita tidak bisa meremehkan kerja-kerja politik lawan. Inilah yang dilakukan Andi Sudirman bagaimana dia mengontrol terus pergerakan lawan.

 

Host: Jadi kemungkinan data itu bisa bergerak ya? 

 

Suwadi: Iya...pasti ada pergerakan, karena memang kecuali Pak Andi Sudirman-Fatmawati, kandidat yang lain kan masih menjajaki. Namun kalau kita lihat tingkat elektoral Andi Sudirman-Fatmawati ini agak sulit digeser oleh kandidat lain selama mereka hanya fokus di partai, tapi tidak melakukan kerja-kerja politik. 

 

Yang menjadi keunggulan Andi Sudirman-Fatmawati, mereka sudah punya partai, sudah ada pasangan. Jadi hanya tingga bekerja. Sementara lawan-lawannya masih harus konsentrasi mencari kendaraan partai. Bisa dikatakan pasangan Andi Sudirman-Fatmawati ini selangkah bergerak lebih maju. Dan ini yang membuat surveinya bagus karena sudah bergerak dan bekerja duluan. 

 

Host: Bagaimana dengan kemungkinan swing voters pak?

 

Suwadi: Ya memang kita petakan semua itu. Jadi kalau mau dikatakan, pemilih yang sudah menentukan pilihan ada sekitar 40 persen. Kalau berbicara secara menyeluruh ya! Jadi masih ada 60 persen yang masih belum fix menentukan sikap. Jadi pemilih itu mungkin akan memantapkan pilihannya ketika audah ada pesangan resmi dan penetapan paslon di KPU. 

 

Namun keunggulan Andi Sudirman-Fatma adalah paslon ini sudah punya dasar elektoral yang tinggi hingga melampaui 50 persen. Tinggal bagaimana memperkuat basis itu. Berbeda dengan lawannya yang masih harus mencari basis suara yang nota bene terus bergerak. Sekali lagi Andi Sudirman-Fatmawati sudah selamgkah lebih maju. (*) 

 

Berikut video lengkap wawancara Suwadi Idris Amir yang sudah tayang di podcast CJS: 

 

https://youtu.be/BqT9kYOfsxI?si=l7WWA17WhsL8weE6


Related Posts

Comments (0)

There are no comments yet

Leave a Comment