Lukisan Mona Lisa Ternyata Dibuat Menggunakan Campuran Zat Beracun
Ilustrasi lukisan Mona Lisa. Foto: Edgar Su/Reuters
Siapa yang tak kenal dengan Leonardo da Vinci Dia adalah pelukis, pematung, arsitek, ilmuwan, penulis, dan filsuf terkenal asal Italia yang hidup pada masa Renaisans.
Dalam melahirkan karyanya, da Vinci kerap menggunakan metode dan bahan anti-mainstream. Studi terbaru menemukan bahwa dalam tinta yang dipakai untuk melukis Mona Lisa terdapat pigmen beracun yang sangat langka.
Para peneliti dari Prancis dan Inggris mengamati sampel mikro yang diambil dari sudut lukisan Mona Lisa, menggunakan berbagai teknik pencitraan sinar-X dan spektroskopi inframerah untuk mengidentifikasi zat yang digunakan.
Hasilnya, tim tidak hanya menemukan minyak dan timbal putih, tetapi juga senyawa langka plumbonacrite (Pb5 (CO3) 3 O(OH) 2 ). Plumbonacrite terbentuk ketika minyak dan timbal(II) oksida (PbO) beraksi bersama, menunjukkan bahwa ini adalah senyawa terakhir yang digunakan oleh da Vinci.
Timbal(II) oksida disebut beracun karena bisa berakibat fatal jika tertelan atau terhirup. Ini juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan saluran pernafasan.
“Leonardo mungkin berusaha menyiapkan cat kental yang cocok untuk menutupi panel kayu Mona Lisa dengan mengolah minyak dengan PbO dalam jumlah tinggi,” tulis para peneliti dalam makalah yang diterbitkan di Journal of American Chemical Society.
Baca juga:
Pertamina Patra Niaga Sulawesi Sigap Salurkan Bantuan Untuk Korban Terdampak Bencana Longsor Toraja
Senyawa PbO yang sama ditemukan di beberapa sampel kecil yang diambil dari permukaan The Last Supper, lukisan terkenal lain karya Leonardo da Vinci. Nampaknya da Vinci memanfaatkan timbal(II) oksida ini sebagai lapisan dasar. Ilmuwan sebenarnya telah menduga bahwa lukisan da Vinci memang menggunakan zat yang tak biasa, dan temuan ini menjadi buktinya.
Peneliti mengatakan, da Vinci telah mencampur timbal(II) oksida ini ke dalam minyak biji rami atau minyak kacang sehingga menghasilkan campuran yang lebih kental dan lebih cepat kering dibandingkan cat minyak biasa.
Zat plumbonacrite yang sama juga ditemukan dalam lukisan The Night Watch karya Rembrandt yang dibuat pada 1642, rentang waktunya hampir satu setengah abad setelah Mona Lisa dibuat. Ini menunjukkan bahwa seniman Belanda itu menggunakan teknik yang mirip dengan da Vinci.
Peneliti bilang, penemuan ini jadi contoh lain bagaimana teknik analisis modern membuka temuan baru tentang artefak sejarah. Ini juga merupakan bukti daya tarik karya Leonardo da Vinci yang tak pernah lekang oleh waktu, di mana dia menciptakan sebuah karya lewat lukisan tapi juga menempatkan berbagai keilmuan dalam lukisan tersebut, termasuk matematika hingga kimia.
“Dia adalah seorang yang suka bereksperimen, dan setiap lukisannya secara teknis sangat berbeda,” kata ahli kimia Victor Gonzalez dari institut de Recherche de Chimie Paris di Prancis sebagaimana dikutip Associated Press.
Comments (0)
There are no comments yet